Rabu, 24 Maret 2010

acne vulgaris

Jerawat atau yang biasa disebut dengan akne merupakan sebuah kondisi kulit dimana terjadi kelainan pada unit pilosebasea, baik berupa perdangan (inflamasi) ataupun tanpa peradangan (non-inflamasi). Permasalahan banyak muncul disekitar jerawat ini, baik masalah fisik seperti kelainan atau kerusakan kulit akibat jerawat dan bekas-bekasnya maupun masalah psikososial seseorang yang berjerawat. Mengenai penatalaksanaan akne, ada beberapa modalitas terapi yang efektif digunakan. Modalitas yang tepat bergantung pada jenis jerawat dan tingkat keparahannya (severitas). Jerawat (Acne Vulgaris ; acne) adalah kondisi kulit yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pada unit pilosebasea (struktur kulit yang terdiri dari folikel rambut dan kelenjar sebasea (kelenjar minyak)). keadaan yang muncul dapat berupa non-inflamasi (papul atau komedo), dan keadaan inflamasi atau peradangan yang berbentuk papul, pustula, dan nodul dalam beberapa tingkat keparahan. Akne vulgaris ini menyerang kulit dengan jumlah kelenjar sebasea yang banyak, bagian tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea ini adalh di wajah, leher, sebagian lengan atas, punggung.
Penyebab.Berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Faktor Risiko.Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%).
Gejala dan Tanda.Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut.
Klasifikasi
Untuk menentukan pilihan pengobatan, perlu diketahui beratnya gangguan yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Acne ringan :
Komedo <20, atau lesi inflamasi <15, atau total lesi <30.
2. Acne sedang :
Komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-10, atau total lesi 30-125.
3. Acne berat
Kista >5 buah, atau total komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau total lesi >125
Pengobatan acne ringan dapat dilakukan oleh dokter umum. Acne sedang sampai berat, terutama bila disertai komplikasi, serta penanganan parut acne, harus dilakukan oleh dokter spesialis kulit.
jerawat terbagi menjadi menjadi 4 (empat) tingkatan atau level yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawatyang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, dibawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat :
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne) : Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20% bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3 – 6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris) : Jerawat jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 – 24 tahun.
4. Jerawat conglobata (cystic acne) : Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi.
Jenis Acne Vulgaris :
1. Acne Pustulosa
banyak terdapat cairan keputihan ( nanah )
2. Acne Papulosa
banyak bisul yang keras dan kehitaman.
3. Acne Indurata
Terdapat jaringan kulit yang keras.
4. Acne Seborroicha
Banyak lemak dan sisik kulit.
Pada kukul ditemukan juga bakteri Corynebacterium Acnes meskipun belum dapat dibuktikan bahwa bakteri itu yang menyebabkannya, banyak faktor yng ikut berperan misalnya :
- Hypersensitifitas terhadap beberapa makanan tertentu, contohnya : coklat, kacang, mete, ikan laut.
- Gangguan Menstruasi
- Usia remaja
- Susah buang air besar
Tatalaksana
I. Pengobatan
1. Topikal
a. Komedolitik/Keratolitik
- Bertujuan untuk menghilangkan sumbatan duktus pilosebaseus
- Antibakteri
- Contoh : krim/gel benzoil peroksida 2,5%; krim asam azaleat; krim tretinoin/asam retinoat/isotretinoin 0,025%, 0,05%.
b. Antibiotik
- Dapat diberikan tunggal atau kombinasi dengan tretinoin atau benzoil peroksida
- Kombinasi: untuk mencegah resistensi
- Contoh: Krim eritromisin, klindamisin
2. Sistemik
a. Antibiotik
- Untuk kasus berat, atau tidak responsive dengan terapi topical
- Dapat dikombinasi dengan komedolitik
- Contoh: tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin, eritromisin
b. Antiandrogen
- Menekan stimulasi androgen pada kelenjar sebasea dan folikel rambut
- Contoh: siproteron asetat, spironolakton (aldakton)
c. Derivat Vitamin A
- Komedolitik dan anti-inflamasi
- Efek samping: teratogenik, gangguan fungsi hati
- Contoh: isotretinoin
II. Perawatan
- Menjaga kebersihan kulit, cuci dengan sabun pH balanced
- Sementara waktu jangan gunakan toner
- Menggunakan kosmetika bebas lemak
- Ekstraksi komedo
- Jangan pecahkan acne yang meradang
III. Pencegahan
- Asupan gizi yang seimbang
- Mengurangi makanan yang merangsang produksi sebum: pedas/panas, berlemak
- Menghindari rokok dan alkohol
- Cukup istirahat; menghindari stress fisik/psikis  (idionline)

tuberkuLosis

Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Tuberkulosis (TB) dapat menyerang berbagai organ tubuh selain paru-paru. Namun, di bawah ini hanya akan dibahas obat TB untuk paru-paru.
Tujuan pengobatan Tuberkulosis (TB) ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat Tuberkulosis (TB) dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.
Obat yang digunakan untuk Tuberkulosis (TB) digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1.Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2.Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan Tuberkulosis (TB) paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat Tuberkulosis (TB) primer ini.
Penyakit Tuberkulosa
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat, menurut hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992.
Gejala sistemik/umum penyakit tuberkulosa :
•Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
•Penurunan nafsu makan dan berat badan.
•Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
•Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus penyakit Tuberkulosa:
•Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
•Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
•Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai Meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
•Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
•Pemeriksaan fisik.
•Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
•Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
•Rontgen dada (thorax photo).
•Uji Tuberkulin.
Pemilihan obat TB disessuaikan kondisi dari pasien sendiri. Bila pasien masih tergolong anak-anak disarankan agar tidak menggunakan ethambutol karena dapat menyebabkan buta warna dan gangguan pengelihatan. Selain itu obat TB juga umunya digunakan kombinasi untuk mengurangi resistensi akibat pemakaian obat tunggal. Pada pengobatan untuk pasien TB juga sering kali digunakan bersama hepaprotektor yang berupa kurkumin dengan dosis 200-300mg.

Rabu, 24 Februari 2010

aspirin

BAB I PENDAHULUAN
Asal dari obat yang dikenal dengan "Aspirin" - ternyata dari zaman Yunani kuno, dan diperkenalkan oleh Bapak Para Dokter se-dunia - yaitu Hippocrates. Tentu saja Hippocrates tidak menyebut Aspirin, melainkan menyebut tumbuhan bernama willow yang bila batangnya dikeringkan dan dijadikan bubuk, dapat menghilangkan rasa sakit.
Cita rasa cuka dan bau tengik mentega berasal dari asprin dan ibuprofen sehingga berfungsi sebagai pereda nyeri atau analgesic. Senyawa yang termasuk dalam keluarga asam organic yang paling penting,yaitu asam karboksilat. Ketelenturan tekstil polyester dan nilon,yaitu sifat unggul dari velkro,kelembutan sutra,kekuatan dinding sel bakteri dan membrane sel kita,semua ini karena sifat-sifat dari turunan karboksilat ini sendiri. Gugus fungsi yang selalu terdapat pada semua asam karboksilat adalah gugus karboksil. Nama ini merupakan kependekan dari bagian-bagiannya,yaitu gugus karboksil dan hidroksil. Asam-asam karboksilat dapat berperan penting secara biologis maupun komersial.
BAB II MASALAH
1. Bagaimana proses pembuatan dari aspirin yang digunakan sebagai analgetik,anti-inflamasi dan juga antipiretik?
2. Selain sebagai analgesik,anti-inflamasi dan antipiretik, Apakah aspirin dapat dikembangkan lagi menjadi obat lain?
BAB III PEMBAHASAN
Aspirirn pertama kali ditemukan oleh Hipocrates pada kulit pohon willow yang berasa pahit yang kemudian dikembangkan oleh lagi oleh para ahli. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung(anonim1,2009). Aspirin mengandung bahan aktif asam asetilsalisilat 500 mg dan merupakan sebuah merek internasional yang telah dikenal selama lebih dari 100 tahun sebagai salah satu obat paling efektif untuk mengatasi inflamasi, demam, dan mengurangi rasa nyeri atau sakit. Aspirin telah digunakan di seluruh dunia sebagai salah satu solusi paling terpercaya dan dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai rasa nyeri atau sakit sering yang dialami sehari-hari. Aspirin cocok untuk mengobati berbagai keadaan seperti rasa nyeri, inflamasi dan demam, dari tingkat sakit yang ringan hingga sedang. Produk ini juga memiliki anti-trombosis(anonim2,2009).
Asam asetil salisilat, bahan aktif aspirin, yang biasa dipakai untuk mengobati sakit kepala atau nyeri, ternyata berpontensi mengurangi risiko kematian bagi pasien kanker kolon (usus besar). aspirin bisa mencegah serangan jantung dan stroke. Dalam pencegahan kanker kolon, aspirin diketahui bermanfaat untuk mencegah efek samping kanker, seperti perdarahan akibat iritasi di perut atau saluran cerna. Aspirin menghambat enzim yang merupakan enzim kunci, yakni COX-2, dalam proliferasi pembentukan tumor. Meski demikian, para ahli berpendapat masih terlalu dini untuk merekomendasikan penggunaan aspirin bagi pasien kanker karena dibutuhkan penelitian yang dilakukan secara random kepada pasien kanker(anonim3,2009).
Sedangkan pada dosis rendah,aspirin yang digunakan untuk mencegah kejadian awal serangan jantung dan stroke. Dengan formula terbaru tersebut diharapkan bisa menekan jumlah penderita penyakit kardiovaskuler yang saat ini telah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia(anonim4,2009). Secara umum mekanisme kerja dari aspirin ini untuk mengobati rasa nyeri,yaitu Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzimcyclic endoperoxides. Kemudian menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit dan setelah itun enzim-enzim pada trombosit diinaktivasit secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak(Rahardja,1997).
Selain itu, ada juga pengkombinasian agar mendapat kan efek teraupetik baru misalnya saja, Mengkombinasikan suatu kompleks koblat dengan aspirin secara signifikan merubah sifat-sifat anti-kanker molekul tersebut, sebagaimana yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti di Eropa. Penelitian mereka menjadi dasar untuk penemuan terapi-terapi anti-tumor baru dengan menambahkan fragmen-fragmen organologam ke dalam obat tertentu. Heksakarbonildikobalt [Co2(CO)6] yang terikat ke berbagai ligan alkin, dan menemukan bahwa aktivitas antitumor dari kompleks kobalt ini lebih potensial ketika dikombinasikan dengan aspirin dibanding senyawa lain. kompleks kobalt yang besar menyebabkan aspirin berinteraksi secara berbeda dengan enzim-enzim siklooksigenase (COX) (yang menghasilkan prostaglandin dan molekul-molekul pensinyalan lain yang terkait dengan inflamasi dan pembekuan darah Jika aspirin biasa menghambat enzim COX dengan mensubstitusi sebuah residu serin pada sisi aktifnya dengan gugus asetil, tetapi pada kobalt-aspirin tidak mengganti residu serin tersebut, tetapi justru mensubstitusi residu lysin pada lokasi yang lain dengan gugus asetil sehingga kobalt-aspirin bisa menghambat pertumbuhan sel dan pembentukan pembuluh darah kecil − dua faktor yang penting bagi pertumbuhan tumor(anonim5,2009)
Asipirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glacial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat glacial karena asam asetat glacial ini bersifat murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asan asetat galsial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan. Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukan lah pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.
Aspirin juga mempunyai efek toksik,misalnya aspirin tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12 tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati karena lebih sering menimbulkan efek samping kardiovaskular. Obat ini tidak dianjurkan pada trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada wanita menyusui karena disekresi melalui air susu(Lu,1995).
Aspirin memliki dampak negative tetapi dampak negative ini dapat dihindari dengan menghindari pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya sehingga harus banyak megenali obat-obat yang menimbulkan interaksi apabila terjadi praktek polifarmasi ini. Bilapun ada terjadi interaksi pada polfifarmasi ini dapat ditanggulangi juga dengan cara penggurangan dosis.
BAB IV KESIMPULAN
1.Aspirin ditemukan pada kulit pohon willow oleh Hippocrates,yang dijuluki sebagai Bapak Para Dokter se-dunia.
2.Aspirin berfungsi sebagai anti-iflamasi,analgesic dan juga antipiretik. Selain itu juga aspirin ini dapat juga digunakan untuk mengobati serangan jantung awal dan kanker kolon.
3.Pembuatan aspirin dilakukan dengan proses pengesterifikasian dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat anhidrat atatu asam asetat glasial.
4.Aspirin mempunyai efek teraupetik dan juga efek toksik.
Daftar Pustaka
Anonim1.2009.” Aspirin ” . http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin. Tanggal akses : 23 desember 2009.
Anonim2,2009.” Aspirin” . http://www.bayer.co.id/ina/hc_cc_products-about.php?g_id=2.Tanggal akses :23 desember 2009.
Anonim3,2009.” Potensi Aspirin untuk Kanker Kolon ”. http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/08/12/11115090/potensi.aspirin.untuk.kanker.kolon. Tanggal akses : 23 desember 2009.
Anonim4,2009.” Aspirin sebagai Pencegah Serangan Jantung “. http://klipingartikel.anastix.net/jantung/aspirin-dosis-rendah-cegah-stroke-dan-jantung.html. Tanggal akses : 23 desmber 2009..
Anonim5,2009.” Kompleks Kobalt-Aspirin menjanjikan sebagai Obat Anti Tumor “.http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/kompleks-kobalt-aspirin-menjanjikan-sebagai-anti-tumor/. Tanggal akses : 23 desember 2009.
Lu, Frank C.1995. Toksikologi Dasar. ed 2, 25-27.UI Press: Jakarta
Raharja, Kirana. Drs.1997. Obat-Obat Penting.ed 5, 35, 39. Penerbit Elex Media Computindo:Jakarta

alat,sterilisaasi dan media pertumbuhan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini ,dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang tak dapat di lihat dengan mata telanjang/berukuran kecil. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi.Para peniliti mulai mencari tahu akan apa yang terkandunng pada mikroorganisme tersebut.Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara- cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula pengenalan akan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta teknik / cara penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan penelitian tersebut .Hal ini dilakukan untuk memuddahkan berlangsungkan suatu penelitian.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi juga harus dalam keadaan steril atau bebas dari kuman serta bakteri, virus dan jamur. Dan untuk mensterilkannya diperlukan pula pengetahuan tentang cara- cara / teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat- alat yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi memiliki teknik sterilisasi yang berbeda .
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui teknik pengenalan, penyiapan dan penggunaan serta fungsi dan prinsip kerja setiap alat laboratorium mikrobiologi.Selain itu pula untuk mengetahui teknik sterilisasi dari alat-alat tersebut.
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui dan mengenal alat- alat yang digunakan dalam laboratoium
mikrobiologi.
2.Untuk mengetahui teknik penyiapan serta penggunaan alat- alat tersebut dengan baik.
3.Untuk mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat- alat laboratorium mikrobiologi.
4.Untuk mengetahui teknik/cara sterilisasi alat- alat yang digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi.


Bab II
tinjauan pustaka
2.1 pengenalan alat
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, p22rinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya.Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer,hygrometer dan spektrofotometer,dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph,barograph ( Moningka, 2008).
Dari uraian tersebut,tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan (Moningka,2008).
Antonie Van Leuwenhook adalah orang yang pertama kali melihat bakteri dengan menggunakan instrumen optik yang terdiri atas lensa bikonvens. Pada waktu itu ia menemukan bakteri dalam berbagai cairan, diantara cairan tubuh, air, ekstrak lada, serta bir. Penemuan mikroskop pada waktu itu membuka peluang unttuk dilakukannya penelitian mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik penyebab penyakit (Ferdias, 1992).
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia menungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali (Lay,1994).
Adapun alat-alat yang dipergunakan pada laboratorium mikrobiologi antara lain (Blacksweetranger,2008) :
•Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya merk Olympus CH20 yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi.
•Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
•Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
•Hot plate stirrer dan Stirrer bar
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
•Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawankarena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
•Biological Safety Cabinet
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
•Mikropipet (Micropippete) dan Tip
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
•Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
•Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.
•Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
•Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.
•Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).
•Jarum Inokulum
Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
2.2 Sterilisasi
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif (hadioetomo, hal 55).
Sterilisasi diperlakukan pada :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol, dan kemasan lain.
2. Sterilisasi media cair dan nutrien untuk industry bioteknologi misalnya, obat-obatan dan enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan pemonitor.
(suharto,1995)
Jenis-jenis sterilisasi berdasarkan cara sterilisasi dapat dibedakan atas:
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
4. Sterilisasi secara gas mikroksidal
5. Sterilisasi dengan saringan membrane
(Suharto, 1995)
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi panas kering. Di pihak lain, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi adalah yang menggunakan panas (hadioetomo,1993).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Karena titik didih air menjadi 121 oC itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai : 1 atm 15 menit. Pada tempat-tempat yang lebih tingginya diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121 oC. Karena itu daripada menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121 oC selama 15 menit (hadioetomo,1993).
Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110 oC dan 121 oC. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling,peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang, medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet (hadioetomo,1993).
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah ;
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap, karena itu tabung dan labu kosonga harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh thermometer harus mencapai 121 oC dan dipertahankan stinggi itu 15 menit.
(hadioetomo,1993)
Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak, menyala, hangus, dan menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, botol sampel, juga peralatan seperti jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (hadioetomo,1993).
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik (hadioetomo,1993).
2.3media pertumbuhan
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Bahan-bahan media pertumbuhan
1. Bahan dasar
Ø air (H2O) sebagai pelarut
Ø agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45 oC.
Ø gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Ø Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Ø Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Ø Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
Ø Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan.
4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
Ø Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam
Ø Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
Ø Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
Ø Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
Ø Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
Macam-Macam Media Pertumbuhan
1. Medium berdasarkan sifat fisik
Ø Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat..
Ø Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
Ø Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Ø Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Ø Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Ø Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Ø Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Ø Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Ø Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
Ø Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
Ø Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
Ø Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
Ø Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni..

Daftar Pustaka
Anonim1, 2008, http://harveymoningka.wordpress.com/teknik-
laboratorium- pengenalan-alat-dan-bahan/trackback/.
Anonim2., 2008 , http:/wordpress.com/Pengenalan-
alat/Blacksweetranger’s /Blog.htm.
Anonim 3,2009.”media pertumbuhan”. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-2-media-pertumbuhan.html.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadioetomo, Ratna Siri, 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suharto, Ign., 1995, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset; Yogyakarta