Rabu, 24 Maret 2010

acne vulgaris

Jerawat atau yang biasa disebut dengan akne merupakan sebuah kondisi kulit dimana terjadi kelainan pada unit pilosebasea, baik berupa perdangan (inflamasi) ataupun tanpa peradangan (non-inflamasi). Permasalahan banyak muncul disekitar jerawat ini, baik masalah fisik seperti kelainan atau kerusakan kulit akibat jerawat dan bekas-bekasnya maupun masalah psikososial seseorang yang berjerawat. Mengenai penatalaksanaan akne, ada beberapa modalitas terapi yang efektif digunakan. Modalitas yang tepat bergantung pada jenis jerawat dan tingkat keparahannya (severitas). Jerawat (Acne Vulgaris ; acne) adalah kondisi kulit yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pada unit pilosebasea (struktur kulit yang terdiri dari folikel rambut dan kelenjar sebasea (kelenjar minyak)). keadaan yang muncul dapat berupa non-inflamasi (papul atau komedo), dan keadaan inflamasi atau peradangan yang berbentuk papul, pustula, dan nodul dalam beberapa tingkat keparahan. Akne vulgaris ini menyerang kulit dengan jumlah kelenjar sebasea yang banyak, bagian tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea ini adalh di wajah, leher, sebagian lengan atas, punggung.
Penyebab.Berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Faktor Risiko.Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%).
Gejala dan Tanda.Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut.
Klasifikasi
Untuk menentukan pilihan pengobatan, perlu diketahui beratnya gangguan yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Acne ringan :
Komedo <20, atau lesi inflamasi <15, atau total lesi <30.
2. Acne sedang :
Komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-10, atau total lesi 30-125.
3. Acne berat
Kista >5 buah, atau total komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau total lesi >125
Pengobatan acne ringan dapat dilakukan oleh dokter umum. Acne sedang sampai berat, terutama bila disertai komplikasi, serta penanganan parut acne, harus dilakukan oleh dokter spesialis kulit.
jerawat terbagi menjadi menjadi 4 (empat) tingkatan atau level yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawatyang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, dibawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat :
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne) : Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20% bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3 – 6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris) : Jerawat jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 – 24 tahun.
4. Jerawat conglobata (cystic acne) : Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi.
Jenis Acne Vulgaris :
1. Acne Pustulosa
banyak terdapat cairan keputihan ( nanah )
2. Acne Papulosa
banyak bisul yang keras dan kehitaman.
3. Acne Indurata
Terdapat jaringan kulit yang keras.
4. Acne Seborroicha
Banyak lemak dan sisik kulit.
Pada kukul ditemukan juga bakteri Corynebacterium Acnes meskipun belum dapat dibuktikan bahwa bakteri itu yang menyebabkannya, banyak faktor yng ikut berperan misalnya :
- Hypersensitifitas terhadap beberapa makanan tertentu, contohnya : coklat, kacang, mete, ikan laut.
- Gangguan Menstruasi
- Usia remaja
- Susah buang air besar
Tatalaksana
I. Pengobatan
1. Topikal
a. Komedolitik/Keratolitik
- Bertujuan untuk menghilangkan sumbatan duktus pilosebaseus
- Antibakteri
- Contoh : krim/gel benzoil peroksida 2,5%; krim asam azaleat; krim tretinoin/asam retinoat/isotretinoin 0,025%, 0,05%.
b. Antibiotik
- Dapat diberikan tunggal atau kombinasi dengan tretinoin atau benzoil peroksida
- Kombinasi: untuk mencegah resistensi
- Contoh: Krim eritromisin, klindamisin
2. Sistemik
a. Antibiotik
- Untuk kasus berat, atau tidak responsive dengan terapi topical
- Dapat dikombinasi dengan komedolitik
- Contoh: tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin, eritromisin
b. Antiandrogen
- Menekan stimulasi androgen pada kelenjar sebasea dan folikel rambut
- Contoh: siproteron asetat, spironolakton (aldakton)
c. Derivat Vitamin A
- Komedolitik dan anti-inflamasi
- Efek samping: teratogenik, gangguan fungsi hati
- Contoh: isotretinoin
II. Perawatan
- Menjaga kebersihan kulit, cuci dengan sabun pH balanced
- Sementara waktu jangan gunakan toner
- Menggunakan kosmetika bebas lemak
- Ekstraksi komedo
- Jangan pecahkan acne yang meradang
III. Pencegahan
- Asupan gizi yang seimbang
- Mengurangi makanan yang merangsang produksi sebum: pedas/panas, berlemak
- Menghindari rokok dan alkohol
- Cukup istirahat; menghindari stress fisik/psikis  (idionline)

tuberkuLosis

Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Tuberkulosis (TB) dapat menyerang berbagai organ tubuh selain paru-paru. Namun, di bawah ini hanya akan dibahas obat TB untuk paru-paru.
Tujuan pengobatan Tuberkulosis (TB) ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat Tuberkulosis (TB) dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.
Obat yang digunakan untuk Tuberkulosis (TB) digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1.Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2.Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan Tuberkulosis (TB) paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat Tuberkulosis (TB) primer ini.
Penyakit Tuberkulosa
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat, menurut hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992.
Gejala sistemik/umum penyakit tuberkulosa :
•Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
•Penurunan nafsu makan dan berat badan.
•Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
•Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus penyakit Tuberkulosa:
•Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
•Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
•Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai Meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
•Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
•Pemeriksaan fisik.
•Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
•Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
•Rontgen dada (thorax photo).
•Uji Tuberkulin.
Pemilihan obat TB disessuaikan kondisi dari pasien sendiri. Bila pasien masih tergolong anak-anak disarankan agar tidak menggunakan ethambutol karena dapat menyebabkan buta warna dan gangguan pengelihatan. Selain itu obat TB juga umunya digunakan kombinasi untuk mengurangi resistensi akibat pemakaian obat tunggal. Pada pengobatan untuk pasien TB juga sering kali digunakan bersama hepaprotektor yang berupa kurkumin dengan dosis 200-300mg.